Monday, November 17, 2025

Dikti sebagai Sebuah Sistem dalam Pendidikan Tinggi Indonesia

Virtual Baground Pelatihan Pekerti


Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi, Riset, dan Teknologi (Dikti) merupakan salah satu elemen penting dalam penyelenggaraan pendidikan tinggi di Indonesia. Sebagaimana konsep “pendidikan sebagai sistem” yang dijelaskan dalam PPT, pendidikan terdiri dari berbagai komponen yang saling terhubung dan bekerja secara terstruktur untuk mencapai tujuan tertentu. Dikti berperan sebagai sistem yang mengoordinasikan seluruh proses pendidikan tinggi agar menghasilkan lulusan yang bermutu, berkarakter, dan mampu bersaing pada tingkat nasional maupun global.


Dikti sebagai Sistem: Struktur dan Keterkaitan Komponen


Dalam PPT dijelaskan bahwa sebuah sistem pendidikan terdiri dari input, proses, output, serta instrumental input, raw input, dan environmental input. Jika konsep tersebut diterapkan pada Dikti sebagai sistem, maka komponennya dapat dijelaskan sebagai berikut:


a. Input Sistem Dikti


Input adalah segala sesuatu yang masuk untuk menjalankan proses pendidikan.

Input pada sistem Dikti meliputi:


- Mahasiswa sebagai raw input

- Dosen, kurikulum, fasilitas, pendanaan sebagai instrumental input

- Kebijakan nasional, perkembangan teknologi, dan kebutuhan masyarakat sebagai environmental input


PPT menegaskan bahwa pendidikan merupakan proses kompleks yang membutuhkan pengenalan, pengkajian, dan pengembangan berbagai komponen untuk mencapai hasil optimal.


b. Proses dalam Sistem Dikti


Proses adalah inti yang menggerakkan sistem. Pada Dikti, proses tersebut meliputi:


- Penjaminan mutu internal (SPMI)

- Akreditasi eksternal (SPME)

- Pelaksanaan Tridharma Perguruan Tinggi

- Penguatan budaya ilmiah (scientific culture)

- Pengembangan talenta sains dan teknologi

- Penguatan riset dan inovasi

PPT menekankan pentingnya mekanisme kerja antarkomponen pendidikan agar menghasilkan output yang optimal.


c. Output Sistem Dikti


Output adalah hasil dari keseluruhan proses.

Pada sistem Dikti, outputnya adalah lulusan yang:

- kompeten,

- inovatif,

- berkarakter,

- responsif terhadap perubahan,

- serta menguasai computational thinking, creativity, critical thinking, communication, collaboration, dan compassion (6C).


Lulusan berkualitas ini adalah tujuan utama transformasi sistem pendidikan tinggi Indonesia.


Dikti dalam Suprasistem Pendidikan Nasional


Dikti tidak berdiri sendiri; ia merupakan subsistem dari Sistem Pendidikan Nasional Indonesia, yang dalam PPT disebut sebagai Supra Sistem Pendidikan Nasional. Dalam suprasistem tersebut, Dikti berfungsi sebagai pengarah pelaksanaan pendidikan tinggi agar sejalan dengan:

- tujuan nasional,

- perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi,

- tantangan strategis bangsa,

- kebutuhan sosial dan ekonomi.

Dengan demikian, Dikti adalah komponen penting yang menjamin pendidikan tinggi tetap berjalan efektif dan relevan.


Peran Dikti dalam Penguatan Mutu Pendidikan Tinggi


PPT memaparkan berbagai program prioritas Kemendiktisaintek Tahun 2025 yang menegaskan peran Dikti dalam pembangunan pendidikan tinggi, yaitu:

- Akses Dikti yang bermutu, relevan, dan berdampak

- Penguatan budaya ilmiah

- Pengembangan talenta sains dan teknologi

- Penyelesaian masalah sosial dan ekonomi nasional


Semua hal tersebut menunjukkan bahwa Dikti mengoperasikan sebuah sistem besar yang secara berkesinambungan memperbaiki kualitas perguruan tinggi.


Dikti dapat dipandang sebagai sebuah sistem besar yang mencakup input, proses, dan output yang saling terhubung untuk mencapai tujuan pendidikan tinggi yang bermutu. Dikti bekerja dalam suprasistem pendidikan nasional dan bertujuan menghasilkan lulusan yang adaptif, kreatif, berkarakter, serta mampu menjawab tantangan bangsa.


Dengan struktur yang terkoordinasi dan mekanisme yang jelas, Dikti bukan hanya lembaga pengelola pendidikan tinggi, tetapi sebuah sistem yang berfungsi menjaga kualitas dan keberlanjutan pendidikan tinggi Indonesia.

Tuesday, October 7, 2025

Kekurangan dan Kelebihan SAP GRC (Governance, Risk & Compliance)

Stecies


Kekurangan SAP GRC (Governance, Risk & Compliance)

1. Biaya Implementasi dan Pemeliharaan yang Tinggi

Salah satu kelemahan utama SAP GRC adalah tingginya biaya implementasi dan lisensi. Menurut Hansen & Risius (2018), biaya investasi awal yang besar sering menjadi kendala bagi organisasi kecil dan menengah (SMEs). Selain itu, pemeliharaan sistem juga memerlukan tenaga ahli yang kompeten dalam bidang SAP, yang menambah beban biaya operasional.

2. Kompleksitas dalam Konfigurasi dan Integrasi Awal

SAP GRC dikenal sebagai sistem dengan tingkat kompleksitas tinggi, terutama pada tahap konfigurasi awal. Karanja & Rosso (2017) mencatat bahwa organisasi sering kali menghadapi tantangan dalam menyesuaikan modul-modul GRC dengan proses bisnis internal mereka. Integrasi dengan sistem non-SAP juga dapat menjadi sulit, terutama jika infrastruktur TI organisasi belum sepenuhnya kompatibel.

3. Ketergantungan pada Sumber Daya Manusia yang Terlatih

Penggunaan SAP GRC memerlukan staf TI dan auditor yang memahami secara mendalam konsep GRC dan pengoperasian sistem SAP. Tanpa pelatihan yang memadai, fitur-fitur canggih yang dimiliki sistem ini sering tidak dimanfaatkan secara optimal. Dalam penelitian Ahmad et al. (2020), ditemukan bahwa banyak perusahaan gagal mencapai efisiensi maksimal dari SAP GRC karena keterbatasan sumber daya manusia yang kompeten di bidang tata kelola risiko digital.

4. Resistensi terhadap Perubahan Organisasi

Implementasi SAP GRC seringkali memerlukan perubahan besar dalam proses bisnis dan budaya kerja organisasi. Hal ini dapat menimbulkan resistensi dari karyawan, terutama jika mereka belum memahami manfaat jangka panjang sistem tersebut. Studi Karanja & Rosso (2017) menunjukkan bahwa keberhasilan penerapan SAP GRC tidak hanya bergantung pada teknologi, tetapi juga pada kesiapan manajemen dalam mengelola perubahan organisasi.

5. Waktu Implementasi yang Panjang

Karena kompleksitas sistem dan kebutuhan kustomisasi yang tinggi, proses implementasi SAP GRC dapat memakan waktu berbulan-bulan bahkan lebih dari satu tahun untuk organisasi besar. Hansen & Risius (2018) mencatat bahwa proyek implementasi sering tertunda karena proses penyesuaian modul dan pengujian integrasi dengan sistem lain yang memerlukan validasi mendalam.


Kelebihan SAP GRC (Governance, Risk & Compliance)

1. Integrasi Menyeluruh antar Fungsi Tata Kelola, Risiko, dan Kepatuhan.

Salah satu keunggulan utama SAP GRC adalah kemampuannya untuk mengintegrasikan seluruh aktivitas GRC dalam satu platform terpadu. Berdasarkan penelitian Karanja & Rosso (2017) dalam Information Systems Management Journal, sistem ini memungkinkan sinkronisasi antara proses bisnis, pengendalian internal, serta kepatuhan terhadap kebijakan dan regulasi. Dengan demikian, organisasi dapat memantau risiko dan kepatuhan secara holistik tanpa harus menggunakan banyak aplikasi terpisah. Integrasi ini juga membantu mengurangi redundansi data dan mempercepat proses pengambilan keputusan strategis.

2. Otomatisasi Proses Audit dan Pengendalian Internal

SAP GRC mendukung otomatisasi pengawasan dan audit melalui modul Process Control dan Audit Management. Menurut Hansen & Risius (2018) dalam Journal of Information Systems, otomatisasi ini secara signifikan menurunkan biaya audit manual, mempercepat deteksi pelanggaran, serta meningkatkan akurasi pelaporan audit. Sistem ini juga memiliki workflow automation yang memungkinkan proses pelacakan dan tindak lanjut temuan audit dilakukan secara real-time, sehingga memperkuat efektivitas pengendalian internal dan mengurangi risiko kesalahan manusia (human error).

3. Kemampuan Analisis Risiko yang Canggih

Modul Risk Management dalam SAP GRC menawarkan fitur analisis risiko berbasis data dan prediktif analytics yang sangat membantu dalam pengambilan keputusan. Berdasarkan studi Ahmad, Maynard, & Park (2020), fitur ini memanfaatkan teknologi data modeling dan visual analytics untuk mengidentifikasi korelasi antar risiko serta memprediksi potensi ancaman di masa depan. Hal ini memberikan keunggulan kompetitif bagi organisasi karena mampu mengambil tindakan mitigasi sebelum risiko berkembang menjadi masalah besar.

4. Kepatuhan terhadap Regulasi Global

SAP GRC dirancang untuk mematuhi berbagai standar dan regulasi internasional, seperti Sarbanes-Oxley (SOX), ISO/IEC 27001, GDPR, dan lain-lain. Sistem ini menyediakan pre-built compliance framework yang dapat langsung disesuaikan dengan kebutuhan perusahaan di berbagai industri. Hal ini memudahkan organisasi multinasional dalam memastikan kepatuhan terhadap hukum di berbagai yurisdiksi tanpa perlu melakukan penyesuaian sistem dari awal.

5. Meningkatkan Transparansi dan Akuntabilitas

Dengan sistem pelaporan otomatis dan real-time monitoring, SAP GRC meningkatkan transparansi dalam pengelolaan risiko serta kepatuhan organisasi. Karanja & Rosso (2017) menekankan bahwa tingkat akuntabilitas yang tinggi menjadi salah satu faktor yang mendorong kepercayaan investor dan pemangku kepentingan eksternal. Setiap tindakan pengguna tercatat dalam audit trail, sehingga memudahkan proses investigasi jika terjadi anomali atau pelanggaran.

6. Integrasi dengan SAP ERP dan SAP HANA

Keunggulan teknis lainnya adalah kemampuan SAP GRC untuk terintegrasi langsung dengan sistem ERP SAP S/4HANA. Hal ini menciptakan ekosistem yang efisien di mana data keuangan, operasional, dan kontrol risiko dapat saling berhubungan secara otomatis. Integrasi ini mempercepat pengolahan data dalam skala besar dan memungkinkan pelaporan berbasis analitik secara instan melalui real-time dashboards.


Sumber:

Makalah dari Fadli Juliana Putra, Mahasiswa Unpam.

Adisuria, K. F. (2023). Analysis of the Implementation GRC Information System in

Supporting Performance Optimization. Journal of Information System Management

(JOISM), 4(2), 97-10.

ISACA. (2016). Information Systems Security Audit: An Ontological Framework. ISACA

Journal, 5.

Kamal, H. H. (2020). Computer-Assisted Audit Tools for IS Auditing: A Comparative Study.

International Journal of Computer Applications, 176(28), 1–9.

Kassa, S. G. (2016). Information Systems Security Audit: An Ontological Framework. ISACA

Journal, 5, 1–9.

Nasution, R. S. (2021). Audit Sistem Informasi dalam Meningkatkan Efektivitas

Pengendalian Internal. Indonesian Journal of Economics, Fiscal and Accounting

(IJERFA), 2(3), 112–120.

Rizky, M. P. (2023). Managing Audit Information with The Atlas Application. Journal of

Digital Information System (JODIS), 5(1), 15–25.

Kementerian Keuangan RI Laporan Transformasi Digital dan Tata Kelola TI (2020); SAP

Indonesia Press Release, 2019

SAP GRC (Governance, Risk & Compliance) Audit Sistem SAP Terkait Kepatuhan dan Manajemen Risiko.

Sumber: stechies

 

SAP GRC (Governance, Risk & Compliance) merupakan seperangkat solusi perangkat lunak yang dikembangkan oleh SAP SE, yang dirancang untuk membantu organisasi dalam mengelola tiga aspek penting tata kelola korporasi secara terpadu, yaitu governance (tata kelola), risk (risiko), dan compliance (kepatuhan). Menurut Karanja dan Rosso (2017) dalam Information Systems Management Journal, SAP GRC berperan penting dalam meningkatkan efektivitas sistem pengendalian internal dan memastikan bahwa setiap aktivitas bisnis berjalan sesuai dengan kebijakan, peraturan, dan standar industri yang berlaku. Dengan pendekatan yang komprehensif, SAP GRC tidak hanya berfungsi sebagai alat bantu administratif, tetapi juga sebagai kerangka kerja strategis yang memungkinkan organisasi untuk mengelola risiko secara proaktif melalui identifikasi dini terhadap potensi ancaman, analisis tingkat risiko, serta penerapan kontrol mitigasi yang sesuai.

Sistem ini memberikan visibilitas menyeluruh terhadap kinerja organisasi dan membantu memastikan bahwa keputusan yang diambil manajemen telah mempertimbangkan aspek tata kelola dan risiko yang memadai. Fungsi dan fitur, SAP GRC terdiri dari beberapa modul inti yang bekerja secara terintegrasi, yaitu :

  1. Access Control 
  2. Process Control
  3. Risk Management, dan 
  4. Audit Management.
Adapun penjelasan dari modul inti tersebut sebagai berikut:

  1. Modul Access Control berfungsi sebagai pengelola hak akses dan otorisasi pengguna terhadap sistem. Melalui fitur seperti Segregation of Duties (SoD), sistem ini memastikan bahwa tidak ada satu individu yang memiliki kewenangan penuh dalam proses bisnis yang dapat menimbulkan potensi konflik kepentingan atau penyalahgunaan data. Selain itu, fitur Emergency Access Management (EAM) memungkinkan pemberian akses sementara dalam kondisi mendesak dengan tetap menjaga jejak audit (audit trail).
  2. Modul Process Control berfokus pada pemantauan dan pengujian efektivitas kontrol internal yang diterapkan di berbagai bagian organisasi. Modul ini membantu mendeteksi ketidaksesuaian atau penyimpangan terhadap kebijakan dan regulasi secara otomatis serta menyediakan mekanisme pelaporan kepatuhan yang terstandardisasi.
  3. Modul Risk Management memberikan kemampuan bagi organisasi untuk mengidentifikasi, menilai, memantau, dan merespons risiko yang mungkin berdampak pada pencapaian tujuan bisnis. Dengan analisis berbasis data dan integrasi dengan sistem ERP lainnya, modul ini memudahkan organisasi dalam menyusun profil risiko (risk profile) dan strategi mitigasi yang tepat.
  4. Modul Audit Management menyediakan sarana untuk melakukan audit internal secara digital dan terintegrasi, mulai dari perencanaan audit, pengumpulan bukti, hingga pelaporan hasil audit. Dengan fitur otomatisasi, auditor dapat meminimalkan pekerjaan manual dan fokus pada analisis berbasis risiko.

Integrasi antar modul ini menciptakan ekosistem audit dan manajemen risiko yang saling terhubung dan terdokumentasi dengan baik. Menurut Hansen dan Risius (2018) dalam Journal of Information Systems, keunggulan utama SAP GRC adalah kemampuannya dalam mengotomatiskan proses kontrol dan audit, yang secara signifikan meningkatkan efisiensi dan mengurangi potensi kesalahan manusia (human error). Melalui dashboard interaktif dan sistem pelaporan berbasis real-time analytics, manajemen dapat memantau kondisi kepatuhan dan risiko organisasi secara langsung serta mengambil keputusan berbasis data yang lebih cepat dan akurat. Selain itu, SAP GRC juga memanfaatkan teknologi SAP HANA, yang memungkinkan pemrosesan data besar (big data) secara cepat untuk mendeteksi anomali atau potensi kecurangan (fraud detection).

Lebih lanjut, SAP GRC berperan strategis dalam membangun budaya kepatuhan (compliance culture) di dalam organisasi. Dengan pendekatan yang sistematis, setiap aktivitas bisnis dapat dilacak dan diaudit secara transparan melalui mekanisme audit trail, sehingga memperkuat akuntabilitas dan kepercayaan antar unit kerja maupun pemangku kepentingan eksternal. Ahmad, Maynard, dan Park (2020) dalam International Journal of Information Management menekankan bahwa keberhasilan penerapan SAP GRC bukan hanya bergantung pada teknologinya, tetapi juga pada keterlibatan manajemen puncak dan kesiapan sumber daya manusia dalam menerapkan tata kelola berbasis risiko. Dengan kata lain, SAP GRC menjadi katalisator yang tidak hanya meningkatkan efisiensi operasional, tetapi juga memperkuat integritas organisasi secara menyeluruh.

Secara keseluruhan, SAP GRC dapat dianggap sebagai fondasi sistem audit dan manajemen risiko modern yang sangat relevan dengan kebutuhan bisnis digital saat ini. Melalui kombinasi antara otomatisasi, analitik canggih, dan integrasi penuh antar fungsi organisasi, SAP GRC membantu perusahaan meningkatkan kinerja, memperkuat tata kelola, serta memastikan kepatuhan terhadap berbagai regulasi global seperti GDPR, ISO 27001, dan SOX. Oleh karena itu, SAP GRC tidak hanya digunakan oleh perusahaan multinasional, tetapi juga oleh lembaga pemerintahan dan institusi keuangan yang membutuhkan sistem audit dan kepatuhan yang kuat, terukur, serta transparan.

Kelebihan SAP GRC (Governance, Risk & Compliance)

1. Integrasi Menyeluruh antar Fungsi Tata Kelola, Risiko, dan Kepatuhan.

Salah satu keunggulan utama SAP GRC adalah kemampuannya untuk mengintegrasikan seluruh aktivitas GRC dalam satu platform terpadu. Berdasarkan penelitian Karanja & Rosso (2017) dalam Information Systems Management Journal, sistem ini memungkinkan sinkronisasi antara proses bisnis, pengendalian internal, serta kepatuhan terhadap kebijakan dan regulasi. Dengan demikian, organisasi dapat memantau risiko dan kepatuhan secara holistik tanpa harus menggunakan banyak aplikasi terpisah. Integrasi ini juga membantu mengurangi redundansi data dan mempercepat proses pengambilan keputusan strategis.

2. Otomatisasi Proses Audit dan Pengendalian Internal

SAP GRC mendukung otomatisasi pengawasan dan audit melalui modul Process Control dan Audit Management. Menurut Hansen & Risius (2018) dalam Journal of Information Systems, otomatisasi ini secara signifikan menurunkan biaya audit manual, mempercepat deteksi pelanggaran, serta meningkatkan akurasi pelaporan audit. Sistem ini juga memiliki workflow automation yang memungkinkan proses pelacakan dan tindak lanjut temuan audit dilakukan secara real-time, sehingga memperkuat efektivitas pengendalian internal dan mengurangi risiko kesalahan manusia (human error).

3. Kemampuan Analisis Risiko yang Canggih

Modul Risk Management dalam SAP GRC menawarkan fitur analisis risiko berbasis data dan prediktif analytics yang sangat membantu dalam pengambilan keputusan. Berdasarkan studi Ahmad, Maynard, & Park (2020), fitur ini memanfaatkan teknologi data modeling dan visual analytics untuk mengidentifikasi korelasi antar risiko serta memprediksi potensi ancaman di masa depan. Hal ini memberikan keunggulan kompetitif bagi organisasi karena mampu mengambil tindakan mitigasi sebelum risiko berkembang menjadi masalah besar.

4. Kepatuhan terhadap Regulasi Global

SAP GRC dirancang untuk mematuhi berbagai standar dan regulasi internasional, seperti Sarbanes-Oxley (SOX), ISO/IEC 27001, GDPR, dan lain-lain. Sistem ini menyediakan pre-built compliance framework yang dapat langsung disesuaikan dengan kebutuhan perusahaan di berbagai industri. Hal ini memudahkan organisasi multinasional dalam memastikan kepatuhan terhadap hukum di berbagai yurisdiksi tanpa perlu melakukan penyesuaian sistem dari awal.

5. Meningkatkan Transparansi dan Akuntabilitas

Dengan sistem pelaporan otomatis dan real-time monitoring, SAP GRC meningkatkan transparansi dalam pengelolaan risiko serta kepatuhan organisasi. Karanja & Rosso (2017) menekankan bahwa tingkat akuntabilitas yang tinggi menjadi salah satu faktor yang mendorong kepercayaan investor dan pemangku kepentingan eksternal. Setiap tindakan pengguna tercatat dalam audit trail, sehingga memudahkan proses investigasi jika terjadi anomali atau pelanggaran.

6. Integrasi dengan SAP ERP dan SAP HANA

Keunggulan teknis lainnya adalah kemampuan SAP GRC untuk terintegrasi langsung dengan sistem ERP SAP S/4HANA. Hal ini menciptakan ekosistem yang efisien di mana data keuangan, operasional, dan kontrol risiko dapat saling berhubungan secara otomatis. Integrasi ini mempercepat pengolahan data dalam skala besar dan memungkinkan pelaporan berbasis analitik secara instan melalui real-time dashboards.


Sumber:

Makalah dari Fadli Juliana Putra, Mahasiswa Unpam.

Adisuria, K. F. (2023). Analysis of the Implementation GRC Information System in

Supporting Performance Optimization. Journal of Information System Management

(JOISM), 4(2), 97-10.

ISACA. (2016). Information Systems Security Audit: An Ontological Framework. ISACA

Journal, 5.

Kamal, H. H. (2020). Computer-Assisted Audit Tools for IS Auditing: A Comparative Study.

International Journal of Computer Applications, 176(28), 1–9.

Kassa, S. G. (2016). Information Systems Security Audit: An Ontological Framework. ISACA

Journal, 5, 1–9.

Nasution, R. S. (2021). Audit Sistem Informasi dalam Meningkatkan Efektivitas

Pengendalian Internal. Indonesian Journal of Economics, Fiscal and Accounting

(IJERFA), 2(3), 112–120.

Rizky, M. P. (2023). Managing Audit Information with The Atlas Application. Journal of

Digital Information System (JODIS), 5(1), 15–25.

Kementerian Keuangan RI Laporan Transformasi Digital dan Tata Kelola TI (2020); SAP

Indonesia Press Release, 2019

Wednesday, February 12, 2025

Beberapa Strategi dalam Berinvestasi

Sumber: IHSG Google 13 Feb 2025


Berinvestasi adalah kegiatan yang memerlukan pemahaman dan strategi yang tepat untuk mencapai tujuan keuangan. Berikut adalah beberapa strategi investasi yang umum digunakan:

1. Investasi Jangka Panjang

  • Deskripsi: Strategi ini melibatkan pembelian aset dengan niat untuk memegangnya selama bertahun-tahun.
  • Contoh: Saham blue-chip, real estate, saham yang berdasarkan fundamental yang baik

2. Investasi Jangka Pendek

  • Deskripsi: Melibatkan pembelian dan penjualan aset dalam waktu singkat, biasanya dalam hitungan hari atau minggu. Tetapi banyak investor jangka panjang menganggap bahwa investasi jangka pendek bukanlah investasi melainkan trading/ yang lebih sadisnya ya judi. Tetapi kembali lagi, selama masih menguntungkan ya silahkan.
  • Contoh: Trading saham harian (day trading).

3. Dollar-Cost Averaging

  • Deskripsi: Strategi ini melibatkan investasi jumlah uang yang tetap secara berkala, terlepas dari harga aset.
  • Keuntungan: Mengurangi dampak volatilitas pasar.

4. Value Investing

  • Deskripsi: Mencari saham yang diperdagangkan di bawah nilai intrinsiknya.
  • Contoh: Menggunakan analisis fundamental untuk menemukan perusahaan undervalued.

5. Growth Investing

  • Deskripsi: Fokus pada perusahaan yang diharapkan tumbuh lebih cepat daripada rata-rata pasar.
  • Contoh: Investasi di perusahaan teknologi yang inovatif.

6. Income Investing

  • Deskripsi: Strategi ini berfokus pada menghasilkan pendapatan dari investasi, seperti dividen atau bunga.
  • Contoh: Saham dividen tinggi, obligasi.

7. Diversifikasi

  • Deskripsi: Menyebar investasi di berbagai aset untuk mengurangi risiko.
  • Keuntungan: Menghindari kerugian besar jika satu aset berkinerja buruk.


8. Asset Allocation

  • Deskripsi: Menentukan proporsi investasi dalam berbagai kategori aset (saham, obligasi, real estate, dll.) berdasarkan tujuan dan toleransi risiko.
  • Contoh: 60% saham, 30% obligasi, 10% cash.

9. Momentum Investing

  • Deskripsi: Berinvestasi pada aset yang menunjukkan tren kenaikan harga yang kuat.
  • Keuntungan: Memanfaatkan kekuatan tren pasar.

10. Contrarian Investing

  • Deskripsi: Mengambil posisi berlawanan dengan konsensus pasar, berinvestasi saat pasar pesimis dan menjual saat optimis.
  • Contoh: Membeli saham saat pasar jatuh.

11. Swing Investing

  • Deskripsi: Strategi ini melibatkan pembelian dan penjualan saham dalam jangka waktu menengah, biasanya dari beberapa hari hingga beberapa minggu.
  • Keuntungan: Swing investor berusaha untuk memanfaatkan fluktuasi harga jangka pendek dan tren pasar, dengan analisis teknikal untuk menentukan waktu masuk dan keluar yang optimal.

12. Bandarmologi Investing

  • Deskripsi: Merupakan strategi yang berfokus pada analisis perilaku "bandar" atau pelaku pasar besar yang dapat mempengaruhi harga saham.
  • Keuntungan: Investor yang menggunakan pendekatan ini berusaha untuk mengikuti jejak bandar dengan membeli saham yang sedang diborong oleh mereka, dengan harapan harga saham akan naik seiring dengan meningkatnya permintaan.

13. Astrologi Investing

  • Deskripsi: Strategi ini melibatkan penggunaan prinsip-prinsip astrologi untuk memprediksi pergerakan pasar dan waktu yang tepat untuk membeli atau menjual aset.

  • Keuntungan
    : Para pengikut astrologi investasi percaya bahwa posisi planet dan bintang dapat mempengaruhi perilaku pasar dan keputusan investasi. Meskipun ini bukan pendekatan yang konvensional dan sering kali dianggap spekulatif, beberapa investor merasa bahwa astrologi dapat memberikan wawasan tambahan dalam pengambilan keputusan.

Kini Anda memiliki lebih banyak pilihan strategi investasi yang mencakup berbagai pendekatan, dari yang berbasis analisis teknikal dan fundamental hingga yang lebih alternatif. Memahami berbagai strategi ini dapat membantu Anda membuat keputusan investasi yang lebih beragam dan sesuai dengan kepercayaan serta gaya investasi Anda.

Wednesday, January 15, 2025

Resume Artikel dengan Judul FLAME: Deteksi Kebakaran dalam Video Menggabungkan Deep Neural Network dengan Analisis Gerakan Berbasis Model



Karena lagi rame kebakaran, saya bikin resume artikel terkait dengan judul " Flame : fire detection in videos combining a deep neural network with a model-based motion analysis"

Penelitian ini mengusulkan sebuah kerangka kerja klasifikasi yang efisien dan adaptif untuk deteksi kebakaran dari video. Kerangka kerja ini mengintegrasikan deep neural network untuk deteksi objek secara frame-wise dalam alat analisis video otomatis. Pendekatan ini memanfaatkan kemajuan teknologi detektor gambar untuk memastikan Recall yang tinggi, sambil merancang analisis gerakan berbasis model yang meningkatkan Precision dengan menyaring kandidat kebakaran yang muncul di latar belakang atau yang gerakannya tidak sesuai dengan kebakaran.


Kebakaran merupakan salah satu fenomena alam yang paling berbahaya, terutama dengan meningkatnya frekuensi kejadian akibat perubahan iklim. Deteksi kebakaran berbasis video semakin mendapat perhatian sebagai solusi untuk memantau area luas di mana tidak ada sensor khusus untuk deteksi asap.


Metodologi

1. Deteksi Awal: Menggunakan deep neural network untuk mendeteksi api dan asap dalam video. Jaringan ini dirancang untuk menangkap karakteristik visual dari api dan asap, menghasilkan output berupa area yang mungkin mengandung kebakaran.

2. Pengurangan Alarm Palsu: Menggunakan algoritma pengurangan latar belakang untuk menyaring kandidat api yang tidak bergerak, sehingga mengurangi jumlah alarm palsu.

3. Analisis Gerakan: Melakukan analisis gerakan berbasis model untuk memastikan bahwa hanya kandidat yang bergerak yang dipertimbangkan untuk konfirmasi lebih lanjut.


Sistem ini mencapai Recall sebesar 94% dan Precision sebesar 93%, yang merupakan hasil terbaik yang dicapai dalam konteks deteksi kebakaran berbasis video.

Pendekatan ini mengatasi masalah utama dari detektor kebakaran berbasis video, yaitu tingginya tingkat alarm palsu dan kemampuan generalisasi yang terbatas.


Link artikel: https://link.springer.com/article/10.1007/s00521-024-10963-z